Rabu, 17 November 2010

INTERNET PENGARUHI KOMUNIKASI DOKTER DAN PASIEN

Jakarta, 28/10/2010 (Kominfo-Newsroom) Survei Praktisi Kesehatan 2010 memperlihatkan bahwa, peningkatan penggunaan internet mempengaruhi komunikasi dokter dan pasien. Sekitar 79 persen dari dokter yang menjadi responden mengandalkan internet sebagai salah satu sumber utama untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan.
Jakarta, 28/10/2010 (Kominfo-Newsroom) Survei Praktisi Kesehatan 2010 memperlihatkan bahwa, peningkatan penggunaan internet mempengaruhi komunikasi dokter dan pasien. Sekitar 79 persen dari dokter yang menjadi responden mengandalkan internet sebagai salah satu sumber utama untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan.
“Internet telah mengubah cara kita memperoleh informasi termasuk infromasi yang terkait kesehatan atau medis. Hal ini berdampak pada cara pasien dan kalangan awam memandang kondisi kesehatan mereka dan pengobatan dari dokter. Oleh karena itu penting sekali bagi dokter untuk tidak saja menyadari kecendrungan ini, tetapi juga memberikan tanggapan yang tepat dan menyesuaikan layanan kepada pasien,” kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany.
Permasalahan mengenai minimnya komunikasi dokter dengan pasien, diakuinya merupakan hal yang sering menjadi kritikannya, banyaknya pasien yang berobat keluar negeri selama ini alasannya bukan karena kualitas dokter di Indonesia yang jelek melainkan karena jeleknya komunikasi antara dokter dengan pasiennya.
“Lemahnya dokter yakni dalam hal berkomunikasi dengan pasien, padahal jika komunikasi baik, maka pengobatan pun akan berhasil baik, selain itu, jika kualitas komunikasi pasien dan dokter baik orang akan senang berobat di dalam negeri ketimbang di luar negeri,” paparnya.
Sementara Vice President IndoPacific Edelman, Mayang Schreiber menjelaskan, bahwa survei praktisi kesehatan ini merupakan kontribusi perusahaan pada industri kesehatan untuk menanggapi berbagai permasalahan kesehatan mendasar di Indonesia. “Komunikasi kesehatan yang akurat dan terarah memainkan peranan penting dalam setiap usaha untuk meningkatkan pemahaman dan tingkat kesehatan di Indonesia,” kata Mayang.
Dikatakan saat ini, dokter menggunakan berbagai saluran komunikasi khususnya internet untuk mencari dan berbagi informasi kesehatan dan medis. Survei ini memperlihatkkan bahwa Sebagian dokter yang aktif menggunakan internet dikatakannya, juga menyarankan pasien mereka untuk menggunakan mesin pencari dan situs-situs kesehatan konsumen sebagai acuan informasi kesehatan atau medis.
Menanggapi hasil survey tersebut, Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Prijo Sidipratomo mengatakan, edukasi terhadap pasien dan kalangan awam penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai informasi kesehatan yang tepat dari sumber yang terpercaya. Dipercayanya media dan situs internet sebagai salah satu sumber informasi membuat saluran ini berpotensi digunakan untuk tujuan edukasi.
“Tentu saja hal ini harus tetap mempertimbangkan diagnose dokter dan komunikasi yang tepat antara dokter dan pasien seiring meningkatnya kecendrungan pemeriksaan silang (cross check) oleh pasien, untuk menghindari salah paham dan swamedikasi atau pengobatan yang tidak rasional,” ujarnya.
Dari hasil survei diketahui, media online serta informasi di internet merupakan sumber informasi terpercaya bagi dokter dan telah mempengaruhi pola komunikasi antara dokter dengan pasiennya.
Survey tersebut membuktikan bahwa, dokter bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi mengenai kesehatan pasien, sebanyak 83 persen dokter mengakui bahwa pasien mereka melakukan konfirmasi atas informasi yang diterima dari dokter dengan mengecek ke sumber informasi lainnya.
Untuk mencari informasi terkait kesehatan atau medis, 79 persen dokter mengakses internet, majalah kedokteran 78 persen, dan jurnal kedokteran sebanyak 66 persen. Diantara dokter yang mencari informasi melalui internet, mesin pencari google menjadi sumber informasi yang terbanyak digunakan yakni sekitar 41 persen.
Sementara dokter umum lebih memilih majalah kedokteran sebagai prioritas pertama sumber informasi mereka yakni sekitar 88 persen. Sementara dokter spesialis lebih memilih jurnal kedokteran. Masing-masing media arus utama (mainstream) seperti TV, radio, dan tabloid hanya dijadikan sumber informasi oleh kurang dari 50 persen dokter.
Survei dilakukan dengan cara wawancara dari Januari hingga Mei 2010, terhadap 300 dokter, di wilayah Jabodetabek, yang  terdiri dari 57 persen dokter umum dan 43 persen dokter spesialis. yang terdiri dari dokter umum dan spesialis dengan masa praktek lebih dari tiga tahun. Responden dipilih menggunakan tehnik acak dengan margin error sebesar 4.7 persen dan confidence level sebesar 90 persen.
Sumber:http://www.bipnewsroom.info/index.php?_language=Indonesia&_mainNo=8&_subNo=7&_cmsType=BERITA%20KESRA&_contentShow=Ascending&_contentType=Content%20News&catid=4&_pageBreak=0&_loginID=&_pass

Tidak ada komentar:

Posting Komentar